Peta tematik merupakan peta yang mungkin paling sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Peta ini berbeda dengan peta referensi maupun peta navigasi.
Peta tematik adalah peta yang membahas tema tertentu dengan menggambarkan informasi kualitatif maupun kuantitatif dari suatu objek, kenampakan atau fenomena spesifik. Informasi ini ditampilkan dengan teknik bermacam-macam seperti peta koroplet, peta isoline, peta dasimetrik, atau proportional symbol map. Contohnya antara lain peta kepadatan penduduk, peta penggunaan lahan atau peta curah hujan.
Daftar Isi Klik untuk lihat
Pengertian Peta Tematik
Peta tematik adalah peta yang membahas tema tertentu seperti kependudukan atau iklim.
Peta tematik menggambarkan informasi kualitatif maupun kuantitatif dari suatu objek, kenampakan atau fenomena spesifik seperti misalnya kepadatan penduduk, penggunaan lahan atau curah hujan.
Peta ini berbeda dengan peta navigasi atau peta topografi baik secara isi (konten) maupun fungsinya.
Peta tematik termasuk ke dalam jenis peta tujuan khusus (special purpose map). Terdapat banyak cara menggambarkan peta khusus ini antara lain berupa peta koroplet, peta isoline, peta dasimetrik, atau proportional symbol map.
Fungsi dan tujuan
Peta tematik merupakan salah satu metode visualisasi data yang ampuh dan efektif.
Peta ini memiliki fungsi untuk mengkomunikasikan sebuah informasi spesifik dalam bentuk visual sehingga informasi berupa kenampakan atau fenomena yang digambarkan dapat disampaikan secara spasial.
Secara lebih spesifik kegunaannyaadalah sebagai berikut:
- Mampu menampilkan data menjadi sebuah visualisasi yang mudah dipahami
- Mampu menggambarkan sebaran spasial, pola spasial, dan kecenduran (tren) spasial dari suatu fenomena
- Dapat ditampilkan dalam bentuk yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh orang awam
- Dapat dibuat untuk mentarget pembaca atau pengguna yang spesifik
Karakteristik
Salah satu ciri peta tematik adalah menonjolkan atau mengutamakan sebuah tema atau topik sebagai sebuah informasi utama yang hendak disampaikan. Informasi-informasi permukaan bumi seperti jalan, sungai, dan kontur biasanya tidak menojol atau bahkan tidak ditampilkan.
Peta tematik biasanya memiliki beberapa komponen:
- Layer peta dasar
- Layer informasi tematik
- Layer informasi pendukung
Layer peta dasar dalam peta tematik biasanya diambil dari peta topografi atau peta rupabumi berupa informasi koordinat, batas administrasi, atau kenampakan jalan dan sungai jika dibutuhkan.
Layer informasi tematik adalah informasi utama yang akan disampaikan oleh peta itu. Misal informasi curah hujan tahunan pada peta curah hujan, atau informasi penggunaan lahan pada peta penggunaan lahan.
Layer informasi pendukung adalah informasi tambahan yang dapat membantu pembaca peta memahami informasi utama pada peta tematik. Misalnya, pada peta tujuan wisata, informasi seperti lokasi penginapan dan lokasi ATM akan sangat membantu.
Dalam banyak kasus, layer informasi pendukung ini bisa sangat membantu atau malah mengaburkan konsentrasi pembaca dari informasi utama. Untuk itu pemilihan dan simbolisasi informasi pendukung ini harus dilakukan dengan tepat.
Karakteristik tersebut dapat dirangkum pada poin-poin di bawah ini:
- Menggambarkan satu tujuan pada topik atau tema tertentu dan berfokus pada informasi tersebut
- Tidak banyak menggambarkan informasi dasar, biasanya terbatas pada nama daerah, batas administrasi saja.
- Terdapat banyak generalisasi peta dan klasifikasi terhadap informasi, terutama agar peta benar-benar dapat secara fokus menyampaikan pesan sesuai dengan tujuan peta itu dibuat. Data yang sama dapat ditampilkan dengan teknik berbeda-beda menyesuaikan dengan tujuan petanya.
Jenis-jenis
Peta tematik adalah alat untuk memahami sebaran, pola, atau kecenderungan spasial. Jadi, pilihan jenis peta tematik harus mendukung tujuan dari peta itu sendiri.
Ada banyak jenis peta tematik berdasarkan cara atau teknik penggambarannya.
Perbedaan jenis peta ini terletak pada perbedaan jenis data, akurasi dan presisi data, serta tujuan visualisasi data. Perbedaan-perbedaan itu membuat pemilihan persepsi visual dan variabel visual berbeda, sehingga menghasilkan jenis peta yang berbeda.
Jenis-jenis itu di antaranya adalah:
- Peta kloroplet/ choropleth map
- Peta distribusi titik
- Peta simbol proporsional
- Peta isoline
- Peta aliran
- Peta dasimetrik
Choropleth map
Peta koroplet atau choropleth map adalah jenis peta yang paling banyak dipakai.
Peta kloroplet menunjukkan nilai dari semua area dalam peta, berdasarkan unit area tertentu.
Unit area yang paling banyak digunakan adalah area administrative seperti desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi.
Namun, bisa juga unit area yang digunakan spesifik terhadap tema petanya. Misal peta penutup/ penggunaan lahan, peta jenis tanah, atau kerapatan vegetasi.
Point distribution map/ dot map
Peta distribusi titik atau point distribution map menunjukkan distribusi lokasi suatu fenomena yang ditampilkan dalam bentuk titik.
Simbol titik dalam peta ini menunjukkan lokasi fenomena tersebut berada.
Visual variable yang digunakan dalam peta ini adalah warna dan bentuk.
Titik dapat berupa informasi tunggal atau informasi kategorikal.
Contoh peta jenis ini adalah peta yang menggambarkan sebaran satu objek atau fenomena, misal perpustakaan seperti pada peta berikut.
Proportional symbol map
Peta simbol proporsional atau proportional symbol map digunakan untuk menampilkan informasi titik yang memiliki data berjenis ordinal, interval dan rasio.
Simbolisasi dilakukan menggunakan proporsi yang didasarkan dari suatu parameter dalam data tersebut.
Peta jenis ini juga dapat digunakan untuk data berupa area.
Misal peta kejadian banjir berdasarkan kabupaten.
Untuk peta tersebut, kita dapat menghitung frekuensi banjir yang terjadi di setiap kabupaten suatu provinsi pada kurun tahun tertentu.
Hasil perhitungan tersebut kemudian menjadi dasar simbolisasinya.
Di sini, lokasi titik kemudian menjadi tidak merepresentasikan di mana lokasi tepatnya banjir terjadi, tetapi mencermikan banyaknya banjir yang terjadi pada suatu waktu tertentu.
Lokasi titik kemudian berubah menjadi lokasi konseptual, biasanya terletak di tengah-tengah setiap kabupaten.
Sebagai contoh, lihat peta konsumsi minyak bumi berdasarkan negara bagian berikut.
Isoline/ isarithmic map
Peta ini menampilkan isoline, yaitu garis-garis yang memiliki nilai yang sama suatu fenomena.
Contoh termudah untuk menunjukkan peta jenis ini adalah peta curah hujan.
Flow map
Flow map menggunakan fitur garis untuk menunjukkan pergerakan fenomena dari dan ke lokasi tertentu.
Variabel visual yang biasanya digunakan adalah ukuran, yaitu dengan membuat variasi lebar/ tebal garis.
Variasi untuk data nominal dapat ditempuh dengan menggunakan warna dan pola, missal dengan membuat garis dengan perbedaan dash-nya (sambung atau putus-putus dan variasinya)
Dasymetric map
Peta dasimetrik memiliki karakterisitik yang hampir sama dengan peta koroplet.
Peta dasimetrik adalah suatu metode dalam pembuatan peta, yang menggunakan simbol area untuk mengklasifikasikan data volume secara spasial.
Peta dasimetrik dapat menempatkan data populasi ke tempatnya secara spesifik.
Artinya simbolisasai peta hanya ditempatkan pada daerah yang bersangkutan dan buka seluruh wilayah.
Berikut contohnya.
Lihat perbedaan peta kloroplet dan dasimetrik melalui contoh gambar di bawah ini. Gambar sebelah kiri merupakan peta koroplet, dan sebelah kanan adalah peta dasimetrik. Kedua peta ini menggunakan data yang sama.
Prism map
Prism map menggunakan variable visual perspektif ketinggian untuk menampilkan informasi.
Untuk membuatnya, pertama lokasi fenomena dijadikan informasi lokasi (x, y), kemudian informasi tematiknya dijadikan informasi ketinggian (z).
Oleh karena itu, peta ini dapat dikelaskan sebagai peta 2.5D atau peta 3D.
Peta Umum dan Peta Tematik
Berdasarkan data dan informasi yang digambarkan, terdapat dua jenis, yaitu: Peta tujuan umum atau peta umum dan tujuan khusus, termasuk di dalamnya, peta tematik.
Peta umum dapat berupa peta referensi atau peta dasar. Peta dasar merupakan peta yang menunjukkan obyek-obyek dipermukaan bumi pada posisi yang sebenarnya. Peta dasar ini digunakan sebagai dasar bagi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan data dan informasi yang berreferensi geografis.
Peta dasar dipakai untuk dasar pembuatan peta-peta tematik. Di Indonesia, peta dasar yang menjadi basis dalam pembuatan peta khusus adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dulu dikenal dengan nama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
Secara lengkapnya, peta dasar yang digunakan dalam pembuatan peta tematik adalah:
- Peta Rupabumi Indonesia;
- Peta Lingkungan Pantai Indonesia;
- Peta Lingkungan Laut Nasional
Informasi peta dasar yang biasanya digunakan antara lain:
- Data lokasi, sistem proyeksi, dan sistem koordinat
- Data batas administrasi
- Data nama daerah (toponim)
- Garis kontur dan titik ketinggian
- Jaringan sungai
- Jaringan jalan
- Unsur buatan lainnya seperti pelabuhan, bandara, sekolah, masjid, gereja dan yang lainnya.
Tentu tidak semua data dasar ini ditampilkan. Karena berprinsip menyampaikan suatu topik atau tema tertentu, tentu informasi-informasi dasar di atas harus dipilih agar tidak mengaburkan fokus pembaca pada tema utama peta.
Pemilihan dan visualisasi informasi atau data dasar yang tepat justru dapat memperjelas informasi di peta tematiknya.
Perbedaan peta dasar atau peta umum dan peta tematik dirangkum pada tabel di bawah ini.
Hal yang membedakan | Peta dasar | Peta tematik |
Tujuan peta | Sebagai peta referensi, sebagai “kamus” geografi | Menyampaikan informasi pada suatu topik atau tema khusus |
Isi peta | Kenampakan-kenampakan permukaan bumi, semuanya merupakan informasi utama | Informasi tematik sebagai informasi utama, disertai dengan informasi dasar, dan informasi pendukung |
Tingkat kedetilan informasi | Sedetil-detilnya sejauh skala memungkinkan | Biasanya tidak detil (rerata, dikelas-kelaskan) sesuai dengan tujuan peta dibuat |
Unsur atau komponen peta | Biasanya lengkap | Biasanya tidak lengkap. Hanya memunculkan unsur yang dibutuhkan |
Peta Tematik di Indonesia
Di Indonesia peta dasar dibuat dan ditetapkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dulu dikenal dengan nama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Peta ini dikenal dengan peta RBI (rupabumi Indonesia).
Secara lengkapnya, peta dasar yang digunakan adalah:
- Peta Rupabumi Indonesia;
- Peta Lingkungan Pantai Indonesia;
- Peta Lingkungan Laut Nasional
Sedangkan peta tematik di Indonesia dibuat berdasarkan peta dasar oleh instansi pemerintah yang berkepentingan sesuai pekerjaan /kegiatannya, pemerintah daerah, dan atau semua orang. Hal ini tertuang pada Undang Undang No 4 Tahun 2011 mengenai Informasi Geospasial.
Untuk naskah secara lengkap dapat dibaca di sini, atau kamu dapat membaca review UU No 4 tahun 2011.
Contoh-contoh
Tentu ada banyak contoh peta tematik yang telah dibuat oleh para kartografer. Berikut ini kami berikan beberapa contoh (beserta gambarnya) yang paling sering dijumpai:
Peta kepadatan penduduk
Peta curah hujan
Peta sebaran virus corona/ COVID 19
Penutup
Melalui artikel ini, kita belajar mengenai peta tematik, meliputi pengertian, fungsi, karakteristik, jenis-jenis dan contohnya.
Jika ada pertanyaan ataupun diskusi, jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar di bawah ini.
Semoga artikel ini bermanfaat.